KABARINDO.ID – Ketika membahas oleh-oleh khas Yogyakarta, bakpia pathok hampir selalu menjadi pilihan utama. Baik bagi wisatawan yang baru pertama kali berkunjung maupun yang sudah sering ke kota ini, bakpia pathok menjadi buah tangan wajib yang dibawa pulang.
Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah bakpia pathok hingga menjadi ikon kuliner Yogyakarta? Berikut ulasan mengenai perjalanan makanan pipih yang awalnya hanya berisi kacang hijau ini.
Berawal dari Kuliner Hokkian
Bakpia sebenarnya bukan asli Indonesia, melainkan berasal dari Hokkian, Tiongkok. Dalam dialek Hokkian, “bak” berarti babi dan “pia” berarti kue.
Pada 1940-an, seorang pendatang asal Tiongkok bernama Kwik Sun Kwok memulai usahanya di Yogyakarta. Ia menyewa tanah dari Niti Gurnito dan mencoba membuat bakpia dengan resep asli, yang menggunakan daging babi dan minyak babi.
Sayangnya, kue buatannya tidak diminati karena masyarakat Yogyakarta mayoritas tidak mengonsumsi babi. Menyadari hal ini, Kwik bereksperimen dengan mengganti isiannya menggunakan kacang hijau. Perubahan ini ternyata diterima dengan baik oleh masyarakat lokal.
Lahir di Kampung Pathok
Bakpia buatan Kwik Sun Kwok mulai diminati, dan usahanya berkembang pesat. Ia kemudian memindahkan produksinya ke kawasan Pathok, tepatnya di Jalan KS Tubun saat ini.
Kesuksesannya juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Banyak pekerjanya berasal dari wilayah Ngampilan, Sanggrahan, dan Pathok. Dari sinilah nama “Bakpia Pathok” muncul, diambil dari nama kawasan tempat produksinya. Salah satu merek terkenal, “Bakpia Pathok 25,” lahir dari lokasi tokonya yang berada di kawasan tersebut.
Bersaing dengan Produsen Lain
Pada 1980-an, bakpia pathok semakin dikenal luas. Selain Kwik Sun Kwok, muncul produsen lain seperti Liem Bok Sing yang juga memproduksi bakpia dengan isian kacang hijau, namun dengan resep sedikit berbeda.
Liem awalnya menjual bakpia secara berkeliling dalam kemasan besek (kotak bambu). Setelah usahanya berkembang, ia membuka toko di kawasan Pathok dan menciptakan merek “Bakpia Pathok 75,” yang diambil dari nomor lokasi tokonya.
Pertumbuhan Industri Bakpia Pathok
Kesuksesan Kwik dan Liem memotivasi warga lain di sekitar Jalan Pathok untuk memulai bisnis serupa. Pada 1990-an, bakpia pathok semakin populer, tidak hanya di kalangan warga Yogyakarta tetapi juga wisatawan dari luar kota.
Persaingan antar produsen membuat setiap merek mencantumkan nomor unik di kemasannya, yang umumnya berasal dari nomor rumah tempat produksi. Kawasan Pathok pun dikenal sebagai pusat produksi bakpia di Yogyakarta.
Evolusi Rasa dan Kemasan
Seiring waktu, bakpia pathok mengalami modernisasi dalam kemasan maupun variasi rasa. Jika dulu hanya berisi kacang hijau, kini bakpia hadir dengan berbagai pilihan rasa seperti cokelat, keju, durian, dan lain-lain.
Bakpia pathok tidak hanya menjadi camilan, tetapi juga simbol budaya dan identitas kuliner Yogyakarta. Bagi banyak orang, perjalanan ke kota ini belum lengkap tanpa membawa pulang bakpia sebagai oleh-oleh.
(Red)